Audia Siti Mirza, Pebisnis Web Developer
Audia Siti Mirza dan anak |
Kisah Audia Siti Mirza sukses bisnis web developer. Bagi Audia
Siti Mirza, internet menawarkan kebebasan. Bebas untuk mempelajari apa saja,
bebas membuatnya menentukan profesi. Karena itu, kini dia pun bebas mencurahkan
waktu untuk keluarga. Sejak 2007, perempuan yang punya nama online Audee Mirza itu memutuskan
bekerja di rumah sebagai freelance web
developer dan graphic designer.
Sebelumnya,
Audia bekerja sebagai fasilitator program yang dijalankan milik suatu instansi.
Pekerjaan itu dilakoni lima tahun dengan jam kerja yang tidak menentu, bisa
siang atau malam.
Audia
yang menikah setelah lulus kuliah dari Jurusan Arsitektur ITS Surabaya pada
2001 sudah memiliki anak kala itu. Sang buah hati terpaksa diasuh neneknya
dengan dibantu asisten rumah tangga. “Hati saya nggak tenang, kepikiran terus. Apalagi kalau sakit, rasanya miris
tidak bisa menemani,” ungkap ibunda Firman Alana, 11, dan Brina Raihani, 2,
itu.
Bagi
dia, waktu bersama keluarga jadi sangat tidak berkualitas. “Pulang, bawa
kerjaan, pastinya capek. Saat capek, apa sih
yang bisa diberikan ke anak? Pasti ya ala kadarnya,” curhatnya. Audia makin
sedih ketika merasa anaknya lebih akrab dengan sang nenek daripada dirinya.
Selama
melakoni pekerjaan itu, Audia tidak melupakan hobi menggambar desain dan
menjadi blogger. Blognya yang berisi informasi seputar desain memiliki rating kunjungan tinggi. Dia lalu
mengomersilkannya lewat Google Adsense.
“Kalau dari Google, yang pasang
sedikit. Seringnya saya di kontak sendiri oleh pengiklan untuk pasang link atau dibikinkan artikel di blog
saya. Hasilnya lumayan,” ungkapnya.
Tak
berhenti di situ, Audia pun mulai mendesain logo dan layout website untuk di jual. Kadang dia juga mengikuti kompetisi
pembuatan logo permintaan perusahaan. Merasa peluang bagus, Audia sekalian
belajar membuat website. “Saya sempat
undang mentor sih. Tapi, waktunya
kilat banget,” ujar perempuan kelahiran 26 Februari 1978 itu.
Klien
yang biasa order ke Audia rata-rata orang luar Indonesia. Komunikasi tentang
keinginan desain dan revisi didiskusikan lewat e-mail. “Saya hanya mau terima yang tenggatnya lama, sekitar 3
bulan. Santai, biar tetap bisa memperhatikan anak,” katanya.
Soal
jual logo dan font lebih bebas lagi. Itu
dikerjakan jika ada mood, lalu pasang
di situs direktori untuk di jual. Dari itu semua, Audia mengaku pernah mendapat
penghasilan tujuh digit per bulan. “Padahal, itu kerjanya pakai daster dan nongkrong di depan komputer,” ujarnya
lalu tertawa.
Enaknya
lagi, Audia yang menentukan seberapa banyak pekerjaan yang bisa dia terima.
Saat anak kedua lahir, Audia membatasi pesanan Website, hanya sesekali jual logo. “Balita kan butuh extra time.
Besok, kalau anak sudah sekolah, baru bisa dinaikkan lagi pesanannya,”
imbuhnya.
Menjalani pekerjaan di
rumah membuatnya menjadi bahagia sebagai seorang ibu. Audia bisa menemani tumbuh
kembang anak dan hanya bekerja saat anak sedang sekolah atau tidur. “Kalau
pulang sekolah, saya senang sekali bisa tanya ke si sulung tadi di sekolah
belajar apa? Terus kami bisa bermain bersama. Pekerjaan bisa saya lanjutkan
lagi kalau anak tidur siang atau waktu malam,” katanya.
Tips dari Audia
Konsisten membangun “nama”
di dunia maya. Responsif jika ada pertanyaan. Semakin banyak yang mampir di
blog, rating di search engine akan naik. Ini yang di cari pengiklan.
Selalu mau belajar ilmu
baru. Bisa kursus ataupun otodidak.
Rajin memperbarui portofolio
serta mencantumkan kontak yang mudah di jangkau klien.
Meski bekerja dari rumah,
tapi tetap jangan malas. Sebisa mungkin bekerjasama dengan orang kantoran, 8
jam sehari. Bedanya kalau di rumah, jam bisa di atur sendiri sesuai keiginan.
Berhubungan dengan teknologi
harus selalu update.
|
0 Responses to "Kisah Audia Siti Mirza sukses bisnis web developer"
Posting Komentar